Saturday, May 21, 2011

Pria tangguh kebanggaanku


Menjelang adzan subuh tubuh pria tua itu beranjak dari lelap tidurnya menyegarkan diri dengan air wudlu dan bergegas ke masjid.  Menjalankan kewajiban umat islam untuk sholat subuh serta bercengkrama dengan jamaah lain di mesjid, sungguh suatu keadaan yang menyenangkan. Usai menjalankan kewajiban kepada Allah, pria tua itupun beranjak meninggalkan masjid dan pulang. Tak terlihat keinginannya untuk melanjutkan tidur, namun dengan cekatan menyiapkan cangkul dan sabit. Ia pun berjalan pelan menyusuri jalan setapak menuju ladang,  sembari menghirup segarnya udara pagi dengan semangat ia ayunkan cangkul tajam menghujam tanah. Sigap, cekatan dan teratur seakan tanah keras itu bagaikan kapas baginya.  Setelah merasa cukup bahwa cangkulnya telah mencabik tanah seluas keinginannya, ia tancapkan  potongan pohon singkong yang telah ia siapkan sehari sebelumnya, ia sejajarkan dengan rapih dah teratur. Panas terik mentari pagi yang bersinar menyentuh kulit menggoda keringat untuk membasahi kulit coklat pria itu, mengalir perlahan menyusuri permukaan kulit yang tak kencang lagi. Tak sedikitpun ia terganggu dengan keadan itu, selesai ia menanam singkong berjalanlah ia ke pinggiran sungai kecil di pinggir ladang. Sejenak ia termangu sembari menghisap rokok kretek dengan tenangnya, memandang sekitar. Tampak olehnya rumput liar yang tumbuh di sekitar sungai, dengan sabit yang telah ia bawa dan tanpa memperdulikan duri liar yang tumbuh, ia babat habis rumput-rumput liar itu. 
Merasa telah cukup mengumpulkan banyak rumput dan menyatukan rumput itu dengan tali, dengan mudah dipanggulnya rumput itu. Pulang dengan sesekali menyapa orang-orang yang ia temui sepanjang perjalanan. Siang semakin panas saat ia sampai didepan rumah, suara sapi dan kambing seakan menyambut gembira kedatangannya. Diberikannya rumput tersebut kepada sapi dan kambing kesayangannya. Disambut istri tercinta dan melepas lelah dengan duduk sejenak diteras rumah dengan segelas air putih dan sepiring singkong goreng, terasa nikmat baginya. Meski usianya telah 80 tahun, ia masih tampak gagah dan kuat menjalankan itu semua. Sebuah hoby dan kesenangan yang tak bisa ia tinggalkan, mengolah tanah dan mengurus hewan ternak. Meski anak serta istrinya kadang melarang, tetap ia tak peduli. Karena dengan melakukan hal itu ia dapat dekat dengan alam, Tuhan, dan keluarga. Dan dialah ayahku… aku bangga pada beliau, dengan tangan kekarnya ia telah menuntun ku dan ke-empat kakakku menjadi seorang anak yang paham akan liku kehidupan. Bahwa kita lahir tak langsung dapat berjalan dan bicara, kita harus berusaha semampu kita menjalaninya dengan kesenangan dan rasa syukur atas semua yang telah Tuhan berikan pada kita, tanpa keluhan yang berlebih. Ayah.. aku sungguh menyayangimu, kau pria tangguh yang sangat aku banggakan. 
LOVE U DAD.

No comments:

Post a Comment